Polewali Mandar Sulawesi Barat.–
Teman saya
bertanya “Apakah itu epidemiologi Penyakit Tidak Menular dan Faktor Resiko? Teman
saya bertanya ketika melihat penyakit hipertensi telah berada pada urutan ke 6
dari 10 penyakit terbesar dari pasien kunjungan rawat jalan pada Puskesmas se
Kabupaten Polewali Mandar di tahun 2009 (Lihat/tekan gambar disamping).
Dan Hipertensi alias tekanan darah tinggi itu adalah faktor resiko terjadi
STROKE dan berbagai penyakit lainnya yang berhubungan dengan sistem peredaran
darah pada tubuh. Tahun-tahun sebelumnya penyakit ini hanya berada pada urutan
ke 9 dan 10. Saya hanya bisa menjawab yang perlu diketahui dari epidemiologi
penyakit tidak menular dan factor resiko adalah dimulai dari
pemahaman tentang Epidemiologi yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan
adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada
kelompok masyarakat. Penyakit yang dikaji bisa penyakit menular,
bisa juga penyakit tidak menular. Inti kajiannya adalah ditemukan
penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI dan pada
penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO, pengertian dari
faktor resiko itu adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada
penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan
dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada
suatu kelompok masyarakat). Dari factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
penyakit atau masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat atau kelompok
masyarakat— bukan induvidu—Kunci dari ilmu epidemiologi itu adalah
ditemukannya penyebab, bisa penyebab penyakit, bisa penyebab masalah kesehatan
atau masalah pelayanan kesehatan. Penyakit itu sendiri ada yang menular
ada juga yang tidak menular. Khusus penyakit tidak menular yang perlu diketahui
pada dasarnya adalah FAKTOR RESIKOnya. Pada awal-awal perkembangan ilmu
epidemiologi, lebih dikhususkan pada penyakit menular, etiologi
adalah kuncinya atau penyebab biologis dari suatu penyakit infeksi,
terjadi karena adanya infeksi mikro organisme (organisme yang sangat kecil)
misalnya virus, bakteri dan lain-lain. Sekarang bukan saja penyakit
menular yang sering terjadi, tetapi juga penyakit-penyakit yang tidak menular.
Sehingga dalam epidemiologi penyakit tidak menular dipakai istilah
FAKTOR RESIKO — bukan etiologi—–karena bukan menyangkut penyakit
infeksi. Penyakit Tidak Menular adalah penyakit kronik
atau bersifat kronik —menahun–alias berlangsung lama, tapi ada juga
yg kelangsungannya mendadak misalnya saja keracunan misalnya penyakit kangker.
tubuh yang terpapar unsur kimia dan lain-lian. Penyakit tidak menular
adalah Penyakit non-Infeksi karena penyebabnya bukan mikroorganisme,
namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganime dalam terjadinya penyakit
tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi infeksi.. Penyakit tidak menular
adalah Penyakit degeneratif karena berhubungan dengan proses degenerasi
(ketuaan). Dan Penyakit Tidak Menular adalah New comminicable disease
karena dianggap dapat menular melalui gaya hidup, gaya hidup dapat menyangkut
pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Pengertian-pengertian
dasar ini harus difahami dengan baik. Intinya atau subtansinya dalam
epidemiologi penyakit tidak menular adalah ditemukannya penyebab dalam hal ini
atau yang dipakai adalah istilah ditemukannya FAKTOR RESIKO sebagai faktor
penyebab. Faktor resiko adalah karakteristik, tanda
atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu yang mana secara
statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus baru berikutnya
(beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat), seperti yang dijelaskan
oleh oleh Simbong SW dalam epidemiologi penyakit tidak menular,
yang di tulis kembali oleh MN Bustam, 2000. MN. Bustam
adalah dosen penulis ketika kuliah di FKM-UNHAS)
Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala
pada penyakit yang diderita induvidu dan ditemukan juga pada
induvidu-induvidu yang lain, bisa dirubah, ada juga yang tidak dapat bisa
dirubah atau tepatnya :
- Factor resiko yang tidak dapat dirubah misalnya umur dan genetic
- Factor resiko yang dapat di rubah misalnya kebiasaan merokok atau latihan olah raga
Ada juga karakteristik, tanda atau kumpulan
gejala pada penyakit yang diderita pada induvidu dan ditemukan juga
secara tidak stabil pada individu-induvidu yang lain dalam suatu
kelompok masyarakat yaitu
- Factor resiko yang dicurigai yaitu factor-faktor yang belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari hasil-hasil penelitian sebagai factor resiko misalnya merokok sebagai penyebab kangker rahim
- Factor resiko yang telah ditegakkan yaitu factor resiko yang telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai factor yang berperan dalam kejadian sutau penyakit. Misalnya merokok sebagai factor resiko terjandinya kangker paru
Faktor resiko juga dapat dilihat dari
Karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita pada
induvidu dan induvidu-induvidu lainnya sebagai factor resiko dalam
keadaan angka frekwensi yang kuat dan lemah. Atau dapat didokumentasikan dengan
baik dan didokumentasikan dengan kurang baik.
Kegunaannya daripada factor resiko ini,
pada dasarnya untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dalam hal ini
penyakit tidak menular. Misalnya :
- Untuk memprediksi, meramalkan kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
- Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya factor resiko dapat menjadikannya sebagai factor penyebab, tentunya setelah menghilangkan pengaruh dan factor pengganggu sehingga factor resiko itu adalah factor penyebab.
- Untuk mendiagnosa artinya membantu proses diagnose
Kapan suatu factor resiko dapat ditegakkan
sebagai factor resiko?
Dalam epidemiologi dapat atau biasa dilakukan dengan memakai konsep
kausalitas sebab musebab (hubungan kausa), menurut para ahli kausalitas
ada 8 kriteria (Hill 1965) yaitu
- Kekuatan yang dapat dilihat dari adanya resiko relative yang tinggi
- Temporal atau menurut urutan waktu, selalunya sebab-musebab mendahului akibat.
- Respon terhadap dosis paparan yang dapat menyebabkan penyakit
- Reversibilitas dimana paparan yang menurun akan diikuti penurunan kejadian penyakit
- Konsistensi yang diartikan kejadian yang sama akan berulang pada waktu, tempat dan penelitian yang lain
- Biologis atau yang berhubungan dengan fisiologis tubuh
- Spesifitas yang dilihat dari satu penyebab menyebabkan satu akibat
- Analogi yang diartikan adanya kesamaan untuk penyebab dan akibat yang serupa.
Menentukan besar factor resiko dapat
dilakukan dengan menghitung besarnya resiko relative atau odds rasio.
Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate antara inciden populasi yang terpapar
(Exposure) dengan yang tidak terpapar (Non Exposure) pada kelompok
yang sakit (kasus) dan tidak sakit (kontrol). Perhitungan ini
dikaitkan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan bisa juga
dengan melihat frekwensi penyakitnya.
Perlu juga diketahui pengertian factor
resiko dan prognosis. Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis
menujukkan berapa besar kemungkinan mati akibat dari keadaan sakit. Sedangkan
factor resiko adalah berapa besar kemungkinan sakit dari seorang yang
sehat.
Untuk upaya pencegahan, sebenarnya upaya
pencegahan pada penyakit tidak menular praktisnya hanya ditujukan kepada
factor resiko yang telah diidentifikasi. misalnya pada penyakit stroke
dimana hipertensi dianggap sebagai factor resiko utama, tentunya pencegahannya
adalah menurunkan tekanan darah yang tinggi (hipertensi). Selaian itu ada
pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk pencegahan dengan 4 faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya penyakit :
- Gaya hidup (life style)
- Lingkungan (environment)
- Biologis
- Pelayanan kesehatan (delivery health)
Misalnya untuk pencegahan penyakit
stroke dengan hipertensi sebagai Faktor Resiko diatas maka dilakukan
intervensi kepada “gaya hidup” dengan melakukan reduksi stress, makan
makanan yang rendah garam, lemak dan kalori, olah raga, tidak merokok dan
lain-lain. Untuk “lingkungan” dengan menyadari stress akibat
kerja. Untuk “biologi” dapat dilihat dari jenis kelamin riwayat keluarga
dalan –lain-lain. Dan yang terakhir “pelayanan kesehatan” dengan
memberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan
tensi
Untuk Upaya pencegahan dengan menggunakan
Prinsip upaya pencegahan penyakit lebih baik dari mengobati tetap juga berlaku
untuk penyakit tidak menular, upaya pencegahan penyakit tidak menular ditujukan
kepada faktor resiko yang telah diidentifikasi. Ada 4 tingkat
pencegahan dalam epidemiologi itu adalah
- Pencegahan primordial dimaksudkan untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Upaya ini sangat komplek, tidak hanya merupakan upaya dari kesehatan tapi multimitra.
- Pencegahan tingkat pertama, meliputi Promosi kesehatan masyarakat, misalnya : kampanye kesadaran masyarakat, promosi kesehatan, pendidikan kesehatan masyarakat. Yang lainnya adalah Pencegahan khusus, misalnya : pencegahan keterpaparan, pemberian kemopreventif
- Pencegahan tingkat kedua meliputi Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening. Pencegahan tingkat dua lainya adalah Pengobatan, kemoterapi atau tindakan bedah
- Pencegahan tingkat ketiga meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah sakit.
Kesimpulannya yang perlu diketahui dari
epidemiologi penyakit tidak menular dan factor resiko adalah dimulai dari
pemahaman tentang Epidemiologi yaitu ilmu atau dalam ilmu terapan
adalah study atau kajian tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan pada
kelompok masyarakat. Penyakit yang dikaji bisa penyakit
menular, bisa juga penyakit tidak menular. Intinya kajian adalah
ditemukan penyebab. Pada penyakit menular diistilakan dengan ETIOLOGI
dan pada penyakit tidak menular di istilahkan dengan FAKTOR RESIKO yaitu
karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita induvidu
yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan kejadian kasus
baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat). Dari
factor resiko inilah dapat ditentukan tindakan pencegahan dan penanggulangan.
PETIKAN INI DI AMBIL DARI :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar